Wednesday, July 18, 2007

Reuni alumni al Ahgaff, maksimalkah?

Oleh: Arwani Syaerozi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa rakyat Indonesia yang berminat mendalami kajian kesilaman tersebar di beberapa Negara Arab dan non Arab, disamping mereka yang belajar di tanah air. Hampir di seluruh negara Arab terdapat komunitas Pelajar Indonesia, dari ujung kulon Arab (Maroko) hingga ujung timurnya (Yaman), di Negara-negara sekitar jazirah Arabiyah seperti Pakistan, India, Iran, Turki, bahkan hingga ke beberapa negara di benua Eropa, Australia dan Amerika. Komunitas-komunitas pelajar ini akan kembali ke tanah air dengan membawa misi, karakter serta pola pikir berbeda-beda sesuai dengan orientasi almamater dan pengaruh kultur serta lingkungan sosial politik negara tempat studi. Peta regional pelajar Indonesia di atas bisa kita kerucutkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu pelajar yang berkonsentrasi di negara Islam (timur tengah dan sekitarnya) dan mereka yang mengaji Islam dari para kyai-kyai (baca: orientalis) di benua Amerika, Eropa dan Australia.

Beberapa hari yang lalu (9/7/07) sebagaimana yang diberitakan dalam website www.hadhramaut.info/indo (11/7/07), para alumnus universitas al Ahgaff Hadramaut Yaman (yang telah menetap di tanah air) mengadakan pertemuan yang ke tiga kali-nya di kota Gresik Jawa Timur, selain agenda regenerasi kepengurusan dan penyusunan program kerja, pertemuan ini ternyata memiliki makna strategis, khususnya dalam kerangka membangun kepedulian terhadap problematika umat dewasa ini. Dan pertemuan ini saya anggap sangat tepat dengan melihat tiga faktor berikut:

Pertama, kuantitas anggota, jumlah alumnus yang sekarang menetap di Indonesia telah mencapai angka lebih dari hitungan jari tangan dan kaki, tersebar di beberapa propinsi dan kota, angka ini akan terus bertambah seiring dengan proses kelulusan pelajar Indonesia di al Ahgaff tiap tahunnya. Dengan terbentuknya forum komunikasi dan dihidupkannya pertemuan semacam ini, konsolidasi dakwah dan kerjasama antar sesama alumni akan lebih terarah. Walaupun jika dibanding dengan komunitas lain, seperti alumnus al Azhar Mesir, komunitas al Ahgaff masih tergolong kecil, namun rintisan awal ini akan menjadi berarti dikemudian hari, meminjam adagium yang telah merakyat "menempuh jarak ribuan kilo dimulai dari ayunan langkah kaki pertama".

Kedua, kontinuitas pengiriman mahasiswa, informasi yang diekspos dalam situs www.hadhramaut.info seputar penyeleksian mahasiswa baru ke al Ahgaff untuk tahun ajaran 2007-2008 (5/6/07), membawa kita pada kesimpulan bahwa ternyata animo masyarakat kita masih tinggi untuk melanjutkan studi ke al Ahgaff, di tengah ketatnya persaingan tawaran lembaga pendidikan Islam lintas negara dewasa ini. Kenyataan ini menuntut adanya take and give antara al Ahgaff sebagai almamater dan para alumnusnya yang telah berada di Indonesia (bahkan alumnus non Indonesia), minimal al Ahgaff mensupport dan mensponsori setiap kegiatan para alumnusnya yang telah tergabung dalam wadah organisasi, dan komunitas alumnus memberikan input kepada almamater seputar kecenderungan masyarakat Indonesia dalam memilih lembaga pendidikan. Sehingga al Ahgaff tetap eksis sebagai lembaga pendidikan Islam independen yang mampu bersaing ditengah gencarnya kapitalisasi dunia pendidikan.

Ketiga, realitas konflik internal umat Islam, maraknya aliran Islam yang mengusung faham ekstrim (baca: kiri dan kanan) di tanah air, menuntut alumnus Ahgaff untuk berusaha menetralisir kedua arus tersebut pada level grass root (masyarakat bawah), sebab dikotonomi Islam liberal dan fundamental yang keduanya berkonotasi buruk sejatinya adalah keberagaman dalam memaknai Islam, yang jika dipertemukan dan diambil benang merahnya akan memperkaya khazanah literatur Islam, bahkan mampu mewarnai kekuatan Islam di era millennium kedua. Pada tahapan ini saya lebih senang menyebut ragam perjuangan muslim Indonesia dengan istilah "Islam gerakan" dan "Islam pemikiran" sehingga tidak menimbulkan makna negatif.

Terlepas dari tiga faktor yang menjadikan temu alumni al Ahgaff memiliki makna startegis bukan hanya sekedar reuni tanpa arti, beberapa diskurus yang diangkat dalam even tersebut juga sarat dengan kepedulian terhadap sesama muslim "Orang yang tidak peduli terhadap komunitas muslim, tidak termasuk dari mereka" (HR. al Baihaqi: 10586). Pesan khusus via telpon seluler yang disampaikan oleh Prof. Habib Abdullah Baharun (Rektor universitas al Ahgaff) kepada para alumnus yang menekankan pentingnya perhatian terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, sebagai sinyal bahwa peran alumnus al Ahgaff di tengah masyarakat tidak dibatasi hanya pada lingkup keagamaan saja, akan tetapi mencakup segala lini kehidupan yang diperlukan oleh masyarakat, tentunya kiprah ini harus dilandasi dengan semangat dakwah Islamiyah demi menegakkan syiar Islam di muka bumi.

Dari sini, kita patut menoleh sejenak rekaman sejarah para penyebar Islam keturunan Hadramaut di bumi nusantara pada abad ke 14 Masehi, sejauh mana keterlibatan mereka dalam interaksi sosial dengan masyarakat lokal yang – saat itu – mayoritas memeluk agama Budha dan Hindu. Bukankah sunan Gunung jati juga sebagai diplomat ulung dan negarawan bijak yang lihai berdiplomasi dengan kalangan birokrat dan mengayomi masyarakat? bukankah sunan Bonang juga seorang sastrawan produktif sebagaimana sunan Kalijaga dengan kreasi wayang kulit bernafaskan Islamnya? Bukankah sunan Kudus adalah panglima militer yang ahli dalam startegi perang? Dan bukankah sunan Drajat adalah wali yang terkenal dengan jiwa sosialisnya, sehingga mendahulukan pembenahan kesejahteraan masyarakat sebelum membuka kajian keagamaan? Kalau realitas sejarah mencatat demikian, mengapa bentuk kepedulian kita terhadap kondisi masyarakat hanya terbatas pada lini keagamaan saja?, bahkan ironisnya menganggap remeh dan tabu terjun di lini kehidupan lainnya. "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan". (Qs. Yusuf: 67) demikian pesan Nabi Ya’kub As kepada para puteranya. Wallahu A'lam


* Tulisan ini dipublikasikan di situs www.hadhramaut.info/indo