Oleh: Arwani Syaerozi*
Secara geografis Kairouan berada di wilayah teritorial Republik Tunisia, berjarak sekitar 156 km dari ibukota Tunis. Pada tahun 2009 ini, kota Kairouan ditetapkan oleh organisasi pendidikan, Ilmu dan kebudayaan Islam (ISESCO), sebagai ibukota kebudayaan Islam. Kota ini tergolong kecil, dengan jumlah penduduk sekitar 120 ribu jiwa.
Kota Kairouan pertama kali didirikan pada tahun 50 H / 670 M, oleh sahabat Rasulullah Saw bernama Uqbah bn Nafi’ (w: 63 H / 683 M), pada saat ia memimpin pasukan militer dinasti bani Umayah untuk berkonsentrasi di wilayah Afrika utara. Tekad yang diucapkan olehnya pada saat mendirikan kota Kairouan adalah sbb: “Saya berharap kota ini menjadi pangkalan militer dan tempat peristirahatan bagi kafilah (jalur lalu lintas), semoga kelak menjadi titik permulaan bagi kemenangan umat Islam”. Ruh dari statemen ini pada akhirnya menjadi sebuah kenyataan, karena sepeninggalnya agama Islam berkembang hingga ke Maghrib Aqsha (ujung barat Arab) yaitu Maroko dan hingga ke Andalusia (Spanyol), bahkan Islam hingga saat ini menjadi agama mayoritas penduduk negara-negara di kawasan Afrika utara.
Tokoh kenamaan dan saksi sejarah
Kairouan yang memiliki catatan sejarah besar, juga memilliki sejumlah nama tokoh dan ulama mendunia. Di antara ulama kota Kairouan adalah: Imam Sahnun (w: 240 H / 855 M) penulis buku al Mudawanah, pembesar madzhab Maliki yang belajar langsung pada Imam Malik bn Anas (w: 179 H / 796 M) di Madinah. Imam Abu Zaid al Kairouani (w: 386 H / 996 M) salah seorang pakar fiqh madzhab Maliki dengan bukunya Risalah, buku fikih sederhana namun menjadi rujukan utama. Abu Sa’id al Baradzi’i (w: 438 H / 1046 M) pakar hadits yang menulis buku at Tahdzib, sebagai upaya mensistematik-kan buku al Mudawanah karya Sahnun, Ibn. Rasyiq (w: 463 H / 1071 M) ahli sastra dengan karya monumentalnya al Umdah, memuat konsep penulisan dan kritik konstruktif sastra Arab.
Dari kota ini pula, asal pendiri masjid al Kairouwiyien di kota Fes Maroko (kelak menjadi salah satu dari tiga universitas Islam tertua di dunia, di samping Ezzitouna Tunisia, al Azhar Mesir), ia adalah saudagar perempuan bernama Fatimah bt Mohammad al Fihri, dan juga pendiri masjid Andalusia (Spanyol) yaitu Maryam bt Mohammad al Fihri (adik kandung Fatimah), di mana keluarganya merupakan imigran dari kota Kairouan, sehingga nama masjidnya pun dinisbatkan pada kota tersebut.
Adapun saksi sejarah kota Kairouan, kita bisa mengunjungi peninggalan tokoh pendirinya, yaitu sebuah masjid besar yang juga dikenal dengan Masjid Uqbah bn Nafi’ atau masjid agung, penampungan air Brutha, yang digunakan olehnya sebagai sanitasi, museum kota Kairouan, dan kita juga bisa berziarah ke makam Abu Zam’ah al Balwi (w: 34 H / 654 M), salah seorang sahabat Rasulullah yang wafat di Kairouan.
Kairouan: dikupas dari berbagai sisi
Dalam menyambut penetapan kota ini sebagai ibukota kebudayaan Islam 2009, para akademisi dan intelektual Tunisia serta dari negara-negara Arab lainnya mengadakan kegiatan simposium ilmiyah. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 21 – 23 April bertempat di Bait al Hikmah Kairouan. Banyak hal yang diangkat sebagai tema kajian, semuanya berkaitan dengan kota Kairouan: dimulai dari lingkup geografis “Kairouan: dalam buku-buku geografi klasik dan kontemporer”, dari sisi kebudayaan “eksistensi kebudayaan Islam di Kairouan: semenjak didirikan hingga dewasa ini”, dari sisi keagamaan “Relasi keilmuan (fiqh) antara Kairouan, Andalusia dan Arab timur”, dari sisi sejarah “Kairouan di mata para petualang Arab”, dan tidak ketinggalan kajian seputar tokoh ulama legendaris asal Kairouan “Konsep pendidikan perspektif Imam Mohammad bn Sahnun”.
Penulis yang pernah tinggal selama dua tahun di Tunisia (2005-2007), menyaksikan dengan mata kepala sendiri suasana kota Kairouan, kota yang relatif tenang, kaya dengan nilai peradaban. Dengan peninggalan situs sejarah yang masih terawat dan terjaga, kota ini pun akan membawa alur pikiran para pengunjungnya menuju pada masa-masa di mana Uqbah bn Nafi’ memulai upayanya untuk membangun kota, pada masa di mana Imam Sahnun mendidik masyarakat muslim di Afrika utara, atau pada masa Ibrahim bn Aghlab (w: 196 H / 812 M) pemegang kendali dinasti Aghlabiyah memerintah wilayah Afrika utara dari pusat ibukotanya Kairouan.
Dengan kondisi demikian, sangat pantas jika UNESCO (organisasi pendidikan, ilmu dan kebudayaan PBB) mengkatagorikan Kairouan sebagai salah satu kota bersejarah dunia, dan ISESCO (organisasi pendidikan, ilmu dan kebudayaan Islam) menetapkannya sebagai ibukota kebudayaan Islam 2009. Selamat…!
Secara geografis Kairouan berada di wilayah teritorial Republik Tunisia, berjarak sekitar 156 km dari ibukota Tunis. Pada tahun 2009 ini, kota Kairouan ditetapkan oleh organisasi pendidikan, Ilmu dan kebudayaan Islam (ISESCO), sebagai ibukota kebudayaan Islam. Kota ini tergolong kecil, dengan jumlah penduduk sekitar 120 ribu jiwa.
Kota Kairouan pertama kali didirikan pada tahun 50 H / 670 M, oleh sahabat Rasulullah Saw bernama Uqbah bn Nafi’ (w: 63 H / 683 M), pada saat ia memimpin pasukan militer dinasti bani Umayah untuk berkonsentrasi di wilayah Afrika utara. Tekad yang diucapkan olehnya pada saat mendirikan kota Kairouan adalah sbb: “Saya berharap kota ini menjadi pangkalan militer dan tempat peristirahatan bagi kafilah (jalur lalu lintas), semoga kelak menjadi titik permulaan bagi kemenangan umat Islam”. Ruh dari statemen ini pada akhirnya menjadi sebuah kenyataan, karena sepeninggalnya agama Islam berkembang hingga ke Maghrib Aqsha (ujung barat Arab) yaitu Maroko dan hingga ke Andalusia (Spanyol), bahkan Islam hingga saat ini menjadi agama mayoritas penduduk negara-negara di kawasan Afrika utara.
Tokoh kenamaan dan saksi sejarah
Kairouan yang memiliki catatan sejarah besar, juga memilliki sejumlah nama tokoh dan ulama mendunia. Di antara ulama kota Kairouan adalah: Imam Sahnun (w: 240 H / 855 M) penulis buku al Mudawanah, pembesar madzhab Maliki yang belajar langsung pada Imam Malik bn Anas (w: 179 H / 796 M) di Madinah. Imam Abu Zaid al Kairouani (w: 386 H / 996 M) salah seorang pakar fiqh madzhab Maliki dengan bukunya Risalah, buku fikih sederhana namun menjadi rujukan utama. Abu Sa’id al Baradzi’i (w: 438 H / 1046 M) pakar hadits yang menulis buku at Tahdzib, sebagai upaya mensistematik-kan buku al Mudawanah karya Sahnun, Ibn. Rasyiq (w: 463 H / 1071 M) ahli sastra dengan karya monumentalnya al Umdah, memuat konsep penulisan dan kritik konstruktif sastra Arab.
Dari kota ini pula, asal pendiri masjid al Kairouwiyien di kota Fes Maroko (kelak menjadi salah satu dari tiga universitas Islam tertua di dunia, di samping Ezzitouna Tunisia, al Azhar Mesir), ia adalah saudagar perempuan bernama Fatimah bt Mohammad al Fihri, dan juga pendiri masjid Andalusia (Spanyol) yaitu Maryam bt Mohammad al Fihri (adik kandung Fatimah), di mana keluarganya merupakan imigran dari kota Kairouan, sehingga nama masjidnya pun dinisbatkan pada kota tersebut.
Adapun saksi sejarah kota Kairouan, kita bisa mengunjungi peninggalan tokoh pendirinya, yaitu sebuah masjid besar yang juga dikenal dengan Masjid Uqbah bn Nafi’ atau masjid agung, penampungan air Brutha, yang digunakan olehnya sebagai sanitasi, museum kota Kairouan, dan kita juga bisa berziarah ke makam Abu Zam’ah al Balwi (w: 34 H / 654 M), salah seorang sahabat Rasulullah yang wafat di Kairouan.
Kairouan: dikupas dari berbagai sisi
Dalam menyambut penetapan kota ini sebagai ibukota kebudayaan Islam 2009, para akademisi dan intelektual Tunisia serta dari negara-negara Arab lainnya mengadakan kegiatan simposium ilmiyah. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 21 – 23 April bertempat di Bait al Hikmah Kairouan. Banyak hal yang diangkat sebagai tema kajian, semuanya berkaitan dengan kota Kairouan: dimulai dari lingkup geografis “Kairouan: dalam buku-buku geografi klasik dan kontemporer”, dari sisi kebudayaan “eksistensi kebudayaan Islam di Kairouan: semenjak didirikan hingga dewasa ini”, dari sisi keagamaan “Relasi keilmuan (fiqh) antara Kairouan, Andalusia dan Arab timur”, dari sisi sejarah “Kairouan di mata para petualang Arab”, dan tidak ketinggalan kajian seputar tokoh ulama legendaris asal Kairouan “Konsep pendidikan perspektif Imam Mohammad bn Sahnun”.
Penulis yang pernah tinggal selama dua tahun di Tunisia (2005-2007), menyaksikan dengan mata kepala sendiri suasana kota Kairouan, kota yang relatif tenang, kaya dengan nilai peradaban. Dengan peninggalan situs sejarah yang masih terawat dan terjaga, kota ini pun akan membawa alur pikiran para pengunjungnya menuju pada masa-masa di mana Uqbah bn Nafi’ memulai upayanya untuk membangun kota, pada masa di mana Imam Sahnun mendidik masyarakat muslim di Afrika utara, atau pada masa Ibrahim bn Aghlab (w: 196 H / 812 M) pemegang kendali dinasti Aghlabiyah memerintah wilayah Afrika utara dari pusat ibukotanya Kairouan.
Dengan kondisi demikian, sangat pantas jika UNESCO (organisasi pendidikan, ilmu dan kebudayaan PBB) mengkatagorikan Kairouan sebagai salah satu kota bersejarah dunia, dan ISESCO (organisasi pendidikan, ilmu dan kebudayaan Islam) menetapkannya sebagai ibukota kebudayaan Islam 2009. Selamat…!