Oleh: Arwani Syaerozi
BBC yang bermarkas di London ibukota Inggris adalah pusat berita dan informasi yang tergolong raksasa. Media ini beroperasi melalui frekuensi Radio, channel TV dan jaringan internet. Menyajikan berita dalam 32 bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia.
Perkenalan dengan BBC :
Ketika saya tinggal di propinsi Hadramaut Republik Yaman (antara 2000 - 2004), radio BBC siaran Indonesia adalah “menu wajib” bagi saya dalam rangka meng-update informasi seputar bumi pertiwi. Saat itu saya lebih akrab dengan frekuensi radio, setidaknya karena dua faktor, yaitu mudah dan terjangkau, mudah diakses murah di biaya., hanya dengan sebuah radio transistor persegi empat merk Panasonic made in Japan yang saya miliki, saya bisa “puas” menyimak sajian berita di BBC.
Ternyata, saat saya berada di Tunisia (rentang waktu 2005 - 2007), media BBC masih menjadi pilihan utama untuk mengakses informasi aktual. Kali ini saya rutin mengikuti perkembangan dunia melalui channel televisi BBC world, sebab pesawat televisi 21 inch lengkap dengan antena parabola-nya tersedia di salah satu ruang tempat tinggalku. Maka sajian berita dengan pengantar bahasa Inggris 24 jam yang terkadang diselingi dengan program talk show dan wawancara dengan tokoh-tokoh ternama dari berbagai belahan dunia saya anggap sangat menarik.
Begitu juga ketika saya pindah ke Maroko (2007 - sekarang), BBC masih menjadi media pilihan untuk mengakses berita, namun kali ini saya lebih akrab dengan sajian online internetnya, yaitu situs http://www.bbc.co.uk/, di bumi Maroko saya sangat jarang mengakses chanel TV BBC world atau radio BBC versi Indonesia. Hal ini karena murahnya akses internet yang akhirnya saya akrab dengan jaringan ini, di samping itu, saya juga tidak memiliki pesawat TV dan Radio.
Obrolan untuk audiens Radio BBC :
Bung Achmad Marzuq adalah salah seorang wartawan BBC di London, dari profil dan perjalanan karirnya yang disajikan di situs www.bbc.co.uk/indonesian/ (versi Indonesia), saya yakin beliau adalah seorang wartawan kawakan yang telah banyak makan “garam” di dunia jurnalistik. Mengenai perkenalanku dengannya, hanya lewat dunia maya dan komunikasi via telepon saja, itu pun terkesan “kebetulan” yang telah disetting dalam kerangka takdir Tuhan.
Melalui blogs pribadiku ini, beliau pernah mampir dan membaca salah satu tulisan yang berkaitan dengan temus, judulnya “Mahasiswa Tim-Teng dalam misi haji”. Momen haji yang selalu menarik untuk diliput oleh berbagai media juga dianggap menarik oleh para wartawan radio BBC versi Indonesia untuk diliput dan disajikan dalam salah satu program acaranya.
Di antara dimensi yang diangkat oleh radio BBC berkaitan dengan musim haji kali ini adalah fenomena temus alias perekrutan tenaga musiman dari kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negeri Arab.
Karena tahun ini saya terlibat dalam petugas temus dan karena tulisan ringan berkaitan dengan temus yang pernah saya posting dalam blogs ini, oleh Achmad Marzuq saya pun diminta bersedia untuk mengungkapkan suka-duka menjadi temus haji, menjelaskan kepada para pendengar radio BBC mengenai bagaimana proses perekrutan, jenis pekerjaan, lama masa tugas, honorium, dan tetek bengek lainnya. Untuk melengkapi “nara sumber” dalam interview via telepon ini, dua orang mahasiswa lainnya dilibatkan, yaitu Harun ar Rasyid (mahasiswa Yordania) dan Maemunah Ghani (mahasiswi Sudan).
Sebagai nara sumber ke empat, bapak Dr. Nur Shamad Kamba, konsul haji di Kantor Teknis Urusan Haji (TUH) Departemen Agama RI di Jeddah, turut melengkapi perbincangan seputar temus saat itu. Acaranya sendiri disiarkan oleh radio BBC pada Minggu malam tanggal 16 November 2008.